Satu minggu ini aku kembali menjalani aktivitas rutin.
Menjadi anggota baru dalam suatu instansi yang lebih resmi dan memiliki
aturan-aturan khusus. Bekerja bagiku merupakan salah satu perjalanan dalam
mencapai mimpi dan cita-cita yang selama ini aku harapkan.
Menghadapi sebuah aktivitas baru, membuatku mengerti bahwa
dunia kerja jelas berbeda dengan sekolah, kuliah dan magang. Aku tidak lagi
dianggap sebagai anak-anak. Aku punya kewajiban-kewajiban tertentu yang harus
aku lakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Ini jelas berbeda
dengan saat aku bekerja untuk pak sim, yang waktu dan kondisi bekerjanya bisa
aku sesuaikan dengan keinginanku sendiri.
Menemukan orang-orang baru dalam rutinitas yang dijalani
itu, menjadikan sebuah cerita tersendiri buatku. Bertemu dengan orang-orang
yang sama di perjalanan saat jam-jam sibuk, orang-orang dengan tujuannya
masing-masing, dengan perasaannya masing-masing dan mimik wajah yang
berbeda-beda. Kemarin, aku bertemu dengan seorang bapak yang setiap hari aku temui
di halte busway, kami selalu berpapasan saat akan menyebrang ke halte tempat
kami transit, biasanya kami bertemu di pagi hari. Seorang bapak dengan mata
kiri yang selalu tertutup. Aku ga tau apa nama penyakit yang dideritanya, aku
juga ga tau dimana dia bekerja,tapi menurutku dengan kekurangan yang
dimilikinya, dan usia yang menurutku, seharusnya dia sudah bisa menikmati hasil
keringatnya dirumah dan bermain bersama cucu-cucunya. Tapi dia justru masih memiliki semangat kerja
yang luar biasa.
Melihatnya, membuatku berfikir bahwa Tuhan mengirim aku ke
tempatku sekarang, pasti bukan tanpa alasan. Aku tau bahwa segala sesuatu itu
butuh perjuangan yang hebat. Mungkin saja sebenarnya bapak itu ingin
beristirahat di rumah. Tapi, dia
memiliki berbagai alasan yang pada akhirnyamembuatnya tetap bekerja di
hari tuanya. Karnanya aku tahu, tidak ada sesuatu yang dapat dengan mudah
diperoleh, semua hal itu bagiku selalu melewati sebuah proses, bahkan untuk
hal-hal terkecil sekalipun.





