Bullying, bukan hal baru lagi di
Indonesia bahkan mungkin di dunia. Entah dari mana awalnya, hingga akhirnya
kasus bullying semakin menjamur, di lingkungan rumah, sekolah, kampus, bahkan
kantor. Sayangnya pencegahan mengenai perilaku bullying masih kurang, ditambah
lagi adegan-adegan kekerasan dalam film. Film-film Indonesia terutama
sinetron-sinetronnya tanpa sadar memperlihatkan adegan-adegan bullying. Selalu
saja, ada kisah dimana anak paling cantik atau ganteng dan kaya menjadi paling
berkuasa dan menindas seseorang yang biasa saja dan kekurangan. Padahal, tanpa
disadari kisah-kisah seperti itu memberikan contoh perilaku bullying di
berbagai tempat.
Gue sendiri pernah menjadi korban
bullying, meskipun masih dalam skala kecil. Diejek, ngga dihargai, bahkan
dimusuhi tanpa sebab. Hal itu terjadi saat SD duduk di bangku SD dan SMP. Yang
paling gue ingat adalah saat gue dimusuhi sama teman-teman satu kelas, ini
terjadi saat gue SD. Saat itu, gue temenan sama tiga orang cewek, salah satunya
ada cewek yang merasa paling berkuasa dan selalu ingin dituruti keinginannya
dan diantara kami berempat, gue lah yang paling ngga pernah berkomentar banyak
dan paling sering diejek, entah karena apa. Gue ingat, saat itu mereka
ngeledekin gue mirip kodok, karena kata mereka gue punya jakun kayak yang
harusnya menurut mereka cuma cowok yang punya. Disitu gue marah dan diem ngga
ngebales apapun yang mereka omongin, mereka nyuru gue ini itu, gue ga turutin,
gue diemin sampai mereka kesal sendiri dan gue dimusuhi sm mereka bertiga.
Akhirnya, gue berinisiatif buat berteman sama yang lain dikelas. Belum sampai
satu hari, di jam istirahat kelas, salah satu teman dikelas yang tadinya
menemani gue karena gue sendirian, dateng dan nangis-nangis. Saat gue Tanya
kenapa, ternyata dia diancam buat ngga berteman sama gue. Dan alhasil dikelas
itu, ngga ada satupun orang yang mau berteman sama gue karna takut diapa-apain
sama tiga cewek itu. lucu? Norak? Sinetron abis? Emang, tapi itulah yang
terjadi.
Ada banyak hal, yang menyebabkan perilaku
bullying dilakukan sama anak-anak. Salah satunya adalah senioritas. Untuk
beberapa hal, para perilaku bullying kebanyakan bukan anak-anak yang terbilang
nakal di rumah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Douglas Gentile dan Brad
Bushman dalam Psychology of Popular Media Culture, disebutkan bahwa
anak-anak yang terlihat baik juga memiliki risiko untuk menjadi seorang
pengganggu dan memiliki beberapa perilaku yang agresif.[1]
Berdasarkan penelitian ini, Gentile dan Bushman mengungkapkan, ada enam faktor
yang bisa menyebabkan seseorang menjadi seorang pengganggu atau melakukan
bullying pada temannya.
- Kecenderungan Permusuhan
Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan,
permusuhan seringkali ngga bisa dihindari. Merasa dimusuhi akan membuat
seseorang merasa dendam dan ingin membalas. Pembalasan yang dilakukan kebanyakan
justru bukan kepada orang yang melakukan permusuhan terhadapnya, tetapi justru
kepada orang lain yang mungkin tidak tahu apa-apa.
- Kurang perhatian
Rendahnya
keterlibatan dan perhatian orang tua pada anak juga bisa menyebabkan anak suka
mencari perhatian dan pujian dari orang lain. Salah satunya pujian pada
kekuatan dan popularitas mereka di luar rumah. Peran orang tua disini, jelas
menjadi sesuatu yang paling penting. Karena terkadang, tanpa sadar orang tua
sering membandingkan anaknya dengan orang lain atau dengan kakak dan adiknya.
Sehingga si anak merasa bahwa orang tuanya lebih menyayangi saudaranya dan
merasa kurang diperhatikan.
- Gender sebagai laki-laki
Seringkali orang menilai bahwa menjadi seorang laki-laki harus kuat dan
tak kalah saat berkelahi. Hal ini secara tak langsung menjadi image
kuat yang menempel pada anak laki-laki bahwa mereka harus mendapatkan pengakuan
bahwa mereka lebih kuat dibanding teman laki-laki lainnya. Akhirnya perilaku
ini membuat mereka lebih cenderung agresif secara fisik. Pernah dengar, kalau
katanya anak laki-laki itu ngga boleh nangis, ngga boleh cengeng, ngga boleh
manja, ngga boleh ini, ngga boleh itu? Sebenarnya memang ada baiknya membuat
anak laki-laki menjadi lebih kuat dan berani. Tapi bukan berarti dia ngga boleh
bersikap manja dan nangis ketika merasa sedih. Seseorang berhak menunjukkan
perasaannya di depan orang-orang terdekatnya, hal itu terkadang justru lebih
baik, dibandingkan menyimpan sesuatu seorang diri dan melampiaskannya kepada
hal-hal negative, salah satunya ya berperilaku bullying.
- Riwayat korban kekerasan
Biasanya, anak
yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang tua lebih cenderung 'balas
dendam' pada temannya di luar rumah. Ada banyak cara mendidik yang salah yang
sering dilakukan oleh orang tua. Kebanyakan orang tua, memarahi sang anak saat
anak-anak mereka melakukan kesalahan, sebagiannya malah melakukan kekerasan
dengan memukul atau memaki. Padahal cara-cara seperti itu bukannya membuat si
anak mengerti dan penurut, tetapi justru menimbulkan sikap dan kelakuan buruk
yang melekat di diri anak.
- Riwayat berkelahi
Kadang berkelahi
untuk membuktikan kekuatan bisa menjadikan seseorang ketagihan untuk tetap
melakukannya. Bisa jadi karena mereka senang memperoleh pujian oleh banyak
orang. Banyak orang yang memuji perlakuan seseorang karena menang dalam sebuah
perkelahian. Seperti, ketika membela teman, karena terlihat hebat dan
sebagainya. Pada intinya apapun alasannya perilaku kekerasan ngga pantas
mendapatkan pujian dengan alasan apapun, menyelesaikan masalah ngga harus
selalu dengan kekerasan kan?
- Ekspos kekerasan dari media
Televisi, video
game, dan film banyak menyuguhkan adegan kekerasan, atau perang. Meski
seharusnya, orang tua melakukan pendampingan saat menonton atau bermain video
game untuk anak di bawah umur, nyatanya banyak yang belum melakukan ini.
Ekspos media terhadap adegan kekerasan ini sering menginspirasi anak untuk
mencobanya dalam dunia nyata. Nah, ini dia.. peran media selalu paling besar
pengaruhnya. Seperti yang gue bilang di awal, media sering banget menyuguhkan
acara-acara yang mencontohkan perilaku-perilaku yang menimbulkan sikap bullying.
Ada banyak hal buruk yang terjadi pada
anak-anak korban bullying, salah satunya bunuh diri atau membunuh atau jadi
stress, memang butuh pembinaan yang baik dan peran orang-orang terdekat sangat
diperlukan. Tapi ada juga yang justru menjadi termotivasi agar ngga jadi bahan
ejekan lagi. Sebagai salah satu orang yang pernah jadi korban bullying,
sekarang gue masih tetap berteman dengan orang-orang yang membully gue bahkan
ketika bertemu dengan mereka, gue tetap bersikap ramah dan berterima kasih,
karena gue jadi lebih kuat dan termotivasi untuk melakukan sesuatu lebih baik
agar terhindar dari perlakuan perlakuan bullying. Dan ada rasa bangga ketika
gue bisa menunjukkan bahwa, gue ngga akan jadi lemah, ngga akan jadi jatuh
hanya karena di bully sama mereka. Karena perlakuan bullying ngga akan
mematikan mimpi gue. Kayak Tom Cruise, siapa sangka kalau si om ganteng yang
satu ini, pernah jadi korban bullying?
Tom Cruise pernah mengalami bullying saat
kecil. Keluarganya berpindah-pindah seiring ayahnya yang selalu mencari-cari
pekerjaan baru untuk menyangga kehidupan rumah tangganya. Atas keadaan itu Tom
selalu beradaptasi terus karena berpindah-pindah sekolah. "Saya selalu
menjadi anak baru dengan sepatu yang salah, dengan aksen yang salah. Saya tidak
punya teman untuk berbagi," kata Tom. Badan Tom saat itu kecil dan mudah
untuk didorong. Namun dia memutuskan bangkit dan melawan. Jadi, tiap masuk
sekolah baru, dia selalu berkelahi lagi dan lagi.
"Jantungmu berdetak kencang, berkeringat dan kamu merasa ingin meledak. Saya bukan siswa yang terbesar, saya tak pernah suka memukul orang. Tapi saya tahu, jika saya membiarkan pembully itu memukul saya, dia akan melakukannya terus sepanjang tahun. Saat kemudian menantangnya, berantem saja. Saya mengalahkannya. Saya tak pernah suka bully," kata Tom.
"Saya akan membuat diri saya sebagai diri saya sendiri, bukan seperti yang orang lain inginkan saya menjadi apa," tegas Tom.[2]
"Jantungmu berdetak kencang, berkeringat dan kamu merasa ingin meledak. Saya bukan siswa yang terbesar, saya tak pernah suka memukul orang. Tapi saya tahu, jika saya membiarkan pembully itu memukul saya, dia akan melakukannya terus sepanjang tahun. Saat kemudian menantangnya, berantem saja. Saya mengalahkannya. Saya tak pernah suka bully," kata Tom.
"Saya akan membuat diri saya sebagai diri saya sendiri, bukan seperti yang orang lain inginkan saya menjadi apa," tegas Tom.[2]
Jadi, jangan pernah merasa
minder dan jadi takut hanya karena pernah jadi korban bullying. Kayak yang
dibilang sama Tom Cruise, tetaplah jadi diri lo sendiri dan ngga perlu mencoba
untuk jadi apa yang orang lain inginkan lo untuk menjadi apa.






0 komentar:
Posting Komentar