Hai, salam dari kota Makassar.
Ini sudah mulai memasuki minggu ketiga gue ditugaskan di Makassar. Banyak hal menarik yang bisa diceritain disini. Mulai dari teman-teman yang ada di biro sampai penduduknya.
Saat kantor minta gue untuk BKO ke Makassar, sebenernya agak sedikit takut. Noraknya, karena ngga pernah tinggal lama di kota orang sendirian, gue nangis saat di pesawat. Daripada terus deg degan, gue memutuskan tidur selama perjalanan.
Saat akhirnya tiba bukannya tenang, gue justru semakin deg degan. Tapi ternyata Makassar tidak semenakutkan yang gue bayangkan. Teman-teman di biro baiknya luar biasa. Gue panggil mereka semua om, berhubung memang usia mereka jauh lebih tua dari gue. Dan wanita di kantor ini cuma ada 2, ka rani dan ka nada.
Di biro, karyawannya ngga sampai 20 orang. Berbeda banget sama Jakarta. Semua orang disini dituntut untuk bisa multi talent. Saat live pakai SNG, kalau di Jakarta gue bisa berangkat sama 17 orang, di Biro itu paling banyak 8 orang. Drivernya atau kami biasanya menyebutnya dengan pilot, dia ngga cuma bertugas nyetir mobil aja, tapi juga bisa jad FP atau kameramen. Produsernya, kadang-kadang jadi stand upper, dan hari libur pun, ngga jarang mereka terpaksa tetap masuk kalau tiba-tiba ada kejadian besar, atau kantor Jakarta minta live.
Melihat mereka, kadang-kadang gue malu sendiri karena dulu sering banget ngeluh. Padahal di Jakarta kami semua bekerja sesuai dengan jobdesknya masing-masing.
Di Makassar ngga terlalu banyak liputan yang dikerjain sama reporter reguler. Kebanyakan yang cari berita ya kontri nya aja. Reporter reguler, biasanya baru akan jalan liputan kalau ada request live atau liputan yang harus buat LOT. Jadi, gue lebih banyak diem di biro dibanding keluar liputan.
Di biro, ada kucing namanya simon. Dia ini kucing, tapi dinamain simon yang merupakan singkatan "si monyet" sama anak-anak di biro karena perilakunya yang nyebelin. Tapi simon bukan cuma nyebelin, dia juga sombong kalo sama orang baru.
Dan, ini dia kegiatan gue selama di Makassar.
15 April
Tiba di Makassar jam 9 malam. Dijemput sama om aco, pilot sekaligus kameramen yang iseng dan baik hati. Awalnya gue agak takut karena ketika jemput dia main bawain koper gue, ngga taunya ada tulisan tvOne di jaketnya. Sebelum sampai di biro, kami sempat makan palu basa, makanan khas kota Makassar yang sekilas mirip coto. Bedanya pallu basa dimasak dengan santan kental dan kelapa parut.
16 April
masih pengenalan sama orang-orang biro. Rifki, reporter yang sebelumnya BKO di sini, pulang hari ini. Dia sempet ajak gue makan kapurung dulu sebelum pulang. Kapurung itu, mirip Papeda.
17 April
Liputan pertama gue. Rencana awal adalah liputan rumah pohon. Tapi saat mau berangkat, ada kabar bahwa pesawat Batik Air dapat ancaman bom sampai harus mendarat darurat di Bandara SUltan Hasanudin Makassar. Jadilah, kami live di Bandara. Ini live pertama gue di Makassar. Dan liputan pertama juga soal teror.
18 April
Berhubung hari sebelumnya belum sempat ke Rumah pohon, jadi hari ini kami akhirnya ke rumah pohon. Rumah pohon ini bukan tempat wisata, tapi rumah tinggal untuk seorang ibu bernama Daeng Norma. Dia terpaksa harus tinggal di rumah phon karena rumah yang dulu dia tempati bersama suami dan anak-anaknya, kini menjadi milik menantu dan anak pertamanya.
Sorenya, gue dapet kesempatan untuk jalan-jalan di Makassar. Kunjungan pertama adalah Masjid Terapung. Masjid ini berada di bibir pantai Losari. Nama masjidnya sebenarnya Masjid Amirul Mukminin, kenapa disebut terapung? Karena saat air laut pasang, Masjidnya akan terlihat seolah-olah terapung di atas laut.
Dan tentunya, gue ke Pantai Losari lalu nyobain pisang epe. Ini enaaak banget sumpah...
Masih banyaaak sebenernya, tapi kerja dulu yah.. hhihi... bye..


.bmp)

.bmp)
.bmp)





0 komentar:
Posting Komentar