Quote

Ada satu hobi yang dari dulu selalu bikin gue bersemangat. Mengumpulkan quote. Kenapa? Karena kekuatan kalimat itu luar biasa buat membangkitkan semangat gue. Mungkin juga kamu. Quote atau kutipan bisa muncul kapanpun, bukan cuma ketika kamu sedang menonton film, membaca buku atau ikut seminar yang diadakan oleh para motivator dan orang-orang sukses, tapi juga saat kamu lagi ngobrol sama orang-orang di sekeliling kamu. Dia mungkin memang bukan siapa-siapa, tapi semua orang bisa jadi bijak dan pintar di saat-saat tertentu. Percaya deh.

Dulu, mantan bos gue namanya Urgyen Rinchen Sim pengusaha yang juga motivator dan penulis buku seri The Server Leadership, pernah bilang bahwa kita bisa belajar dari semua orang tanpa terkecuali. Jadi telinga dan mata kamu itu punya andil jauh lebih besar dibandingkan mulut ketika kamu menyerap sesuatu untuk memberi makan otak kamu.

Seperti hari ini, hasil ngobrol sama om Budi, produser di Biro Makassar. Dia cerita tentang bagaimana dia saat pertama kali jadi wartawan. Di sela-sela cerita itu, dia bilang "Percayalah da, lelah kamu sekarang ini akan terbayar suatu saat nanti. Jangan mengeluh". Sepotong kalimat yang hari ini mampu membuat gue kembali merasa malu karena tadi pagi sempat berpikir bahwa hari ini maleeeees banget mau ke kantor. Hahaha.

Tapi kalimat itu juga kembali mengingatkan gue bahwa untuk bisa sampai di tempat ini, gue memperjuangkan banyak hal. Bohongin papa soal test masuk kuliah, ditolak di sana-sini, diterima kerja di posisi yang sebenarnya ngga gue inginkan. Tapi gue percaya bahwa kamu bisa dapatkan apa yang kamu mau kalau kamu berusaha.

you can have, do or be anything you want!!!

Dulu ada satu sahabat yang juga pernah bilang sama gue ketika sedang maraknya buku-buku motivasi yang menceritakan perjuangan orang-orang sukses. Seperti 9 Summers 10 Autumns, Mimpi Sejuta Dollar nya Merry Riana dan lain-lain. Sahabat gue ini bilang,

"Gue pengen sih bikin buku seperti itu. Tapi memberikan motivasi ke banyak orang itu kan ngga harus selalu melalui kisah-kisah sedih. Karena saat lo menulis cerita hidup lo sampai akhirnya lo sukses, emang cuma sampai situ aja kesuksesan lo? Menurut gue sih, jadi segini aja nih suksesnya lo?"

Ada sedikit kebencian ya dari kalimatnya dengan buku-buku itu. Tapi gue rasa para penulis itu ngga mungkin menulis buku lalu berpikir bahwa suksesnya mereka hanya akan sampai sana. Saat Merry Riana berhasil mendapatkan satu juta dollar, gue yakin setelah itu dia kembali membuat mimpi untuk dicapai. Membuat buku, bisa saja jadi salah satu mimpinya. Gue belum pernah ngobrol sih sama Merry Riana. Cuma ketemu dan say hai aja, itu pun saat gue masih kerja sama pak Sim. Entah dia ingat gue ata ngga. Tapi gue percaya bahwa di dirinya masih ada mimpi-mimpi yang kini sedang ia usahakan untuk dicapai.

Begitupun dengan penulis 9 Summers 10 Autumns, Iwan Setyawan. Gue pernah ketemu dan dapat kesempatan untuk ngobrol sama dia. Dia adalah orang yang luar biasa cerdas. Ngga mudah loh meninggalkan kehidupan mewah di Amerika dengan jabatan sebagai Direktur di suatu perusahaan ternama, untuk kembali ke Indonesia dan menjalankan kehidupan yang tentu saja berbeda.

Dia pernah bilang sama gue ketika ingin membuat buku. Alasannya sederhana, dia ngga punya album keluarga. Dia hanya ingin menceritakan kepada keponakan-keponakannya bahwa Om mereka yang saat ini mereka kenal pernah menjadi direktur di Amerika, punya perusahaan, penulis dan sukses, dulu kehidupannya berbeda 180 derajat. Dulu Om mereka yang saat ini mereka lihat sangat sukses dan hebat, harus tidur satu kamar kecil dengan 7 saudara lainnya. (Bener 7 kan ya mas Iwan? kali aja kamu baca. HHihi..) Sebelum akhirnya sukses, mimpinya Iwan cuma satu. Pingin punya kamar sendiri. Yang rasanya sulit dia dapatkan karena Ayahnya hanyalah supir angkot.

Dia pernah bilang sama gue, "Kalau kamu mau sukses, jangan cuma kerjakan pekerjaan yang sesuai dengan job desk kamu. Ketika atasan memberikan kamu tugas A, B, C. Kerjakanlah A, B, C, D, E"

Ya, Iwan Setyawan membuat buku hanya untuk menggantikan album foto keluarga yang dia ngga punya. Jadi, gue agak kurang setuju sih sama komentar sahabat gue itu. Maaf ya beybih. Karena sekali lagi, dari kisah-kisah mereka itu, gue bisa mendapatkan kutipan kalimat yang hingga saat ini selalu mampu membangkitkan gairah.

Dan saat lagi menulis ini, gue sambil ngobrol sama salah satu kontri di tvOne yang sebentar lagi mau menikah. Lagi kasmaran banget doi. Entah kalau kamu, tapi mendengar apa yang dibicarakannya ada satu kata yang menggambarkan perasaan bahagianya menjelang pernikahan. Kalimat ini sepertinya juga bagus buat disimpan dan gue ingat suatu hari nanti.

"Kalau mau nikah itu, Da, saat sudah melewati masa lamaran, seserahan, itu rasanya bahagia tapi juga takut. Pasti muncul rasa ragu, tapi intinya satu, percaya".

Ya, menjelang hari pernikahan kan memang cobaannya banyak banget. Gue inget, saat kakak gue sedang mempersiapkan pernikahannya dulu. Ada saja cobaannya, ngga akur sama mama, ribut terus sama calon suaminya. Sampai beberapa hari menjelang hari H, dia sempat bilang sama mama kalau sepertinya dia ga jadi menikah. Saat itu, mama cuma bilang, "Menikah itu bukan sesuatu yang bisa dimainkan. Sholat dan berdoa saja. Kalau memang Allah mengizinkan semua akan lancar, tapi kalau ngga. Jika memang batal ya pasti akan batal." Tapi buktinya kini dia memiliki keluarga yang bahagia dengan anak perempuan yang lucu dan ngemesin banget kayak aunty nya.. hhihi..





Ngga nyambung yah tulisannya? Gapapa ya. cewek emang gitu sering out off topic. Apalagi kalau lagi dapet.. :p





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar